Minggu, 28 Februari 2016

UNESCO : Dua-Tiga Bahasa Papua Punah Setiap Tahun

Jakarta, Jubi – Ketua Harian Komisi Nasional untuk Badan Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Dunia (UNESCO) Profesor Arief Rachman mengatakan dua-tiga bahasa ibu di Papua punah setiap tahun.
“Setiap tahun, kami kehilangan dua-tiga bahasa di Papua karena tidak digunakan,” ujar Arief Rachman dalam peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Kedutaan Besar Bangladesh di Jakarta, Minggu (21/2/2016).
Menurut Arief, Indonesia memiliki sedikitnya 783 bahasa ibu yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, dan hampir empat ratusan diantaranya berada di Papua.
Sayangnya, keanekaragaman bahasa ibu di Papua semakin menyusut karena tidak digunakan.
“Dengan jumlah bahasa ibu yang sebanyak itu, kami membutuhkan satu bahasa nasional, Bahasa Indonesia, namun bukan berarti bahasa ibu tidak lagi digunakan,” kata dia.
Menurut Arief, bahasa adalah alat yang paling kuat untuk menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya benda maupun tak benda suatu bangsa.
“Kalau suatu bahasa hilang, hilang pula suatu tradisi atau budaya,” kata dia.
Oleh karena itu, Arief mengimbau para orang tua untuk membiasakan anak-anak mereka berbicara dalam bahasa ibu mereka.
Meskipun demikian, dirinya tak menyangkal bahwa desakan secara sosial untuk bicara dalam bahasa nasional maupun asing sangat tinggi saat ini.
“Tetapi paling tidak, dalam lingkup keluarga, bahasa ibu sebisa mungkin harus tetap digunakan,” ujar dia.
Arief mengatakan UNESCO mendukung semua upaya untuk mempromosikan penyebaran bahasa ibu yang hasilnya tidak hanya akan memperkuat keanekaragaman linguistik dan pendidikan multilingual, tetapi juga tradisi dan budaya di seluruh dunia.
Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati setiap 21 Februari setelah di adopsi oleh UNESCO pada November 1999, berdasarkan peristiwa unjuk rasa besar-besaran oleh pelajar Bangladesh pada 1952 yang menuntut agar Bangla menjadi bahasa nasional kedua setelah Pakistan (saat itu Bangladesh masih menjadi bagian dari Pakistan). (*)

CINTAKU JAUH DI PULAU


 Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri, Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar, angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak ‘kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu,di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama ‘kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku? !Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri,menyimpan hanya kerinduanmu.

DANAU MAKAMO SEPERTI BURUNG CENDERAWASIH SEKALIGUS TERBENTUK PULAU PAPUA


Danau makamo dalah telaga  telaga yang tersembunyi diantara dua gunung yang menyerupai pulau Papua yang sangat indah. Makamo di Kabupaten Dogiyai, Papua, merupakan danau yang sangat indah dengan pemandangan yang masih alami. 

UNDANG-UNDANG BARU UNTUK ORANG PAPUA

ketika kita jalan-jalan di jakarta maupun di kota lain di pulau jawa,kita ketemu dengan pengamamen di depan kita orang papua,bila kita kasih sedekah?sebelum di kasih suruh bilang papua merdeka,papua akan merdeka,papua pasti merdeka atau suruh bilang hidup papua merdeka,karena militer indonesia tni/polri selalu menganiaya,membunuh menangkap sewenang-wenang tanpa bukti, pemerintah indonesia tak mampu memperhatikan dengan baik pada mereka, pemerintah indonesia mengandalkan sengaja mengirim trangsmigran di papua untuk menginkirkan rakyat pribumi papua.

Jumat, 26 Februari 2016

TELAGA INDAH YANG DI APIT DUA GUNUNG BENTUK PULAU PAPUA



DOGIMAUW, NEWS telaga makamo adalah telaga yang tersembunyi diantara dua gunung yang menyerupai pulau Papua yang sangat indah. Makamo di Kabupaten Dogiyai, Papua, merupakan danau yang sangat indah dengan pemandangan yang masih alami. Uniknya, telaga ini berbentuk seperti Pulau Papua. Sayang, potensi Makamo tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah setempat.

Selain keindahan alam, di Wilayah Kamu, Kabupaten Dogiyai terdapat satu telaga kecil yang disebut juga telaga Makamo. Danau ini memiliki luas 1.500 hektar dan berada pada ketinggian 1.700 mdpl. Tidak heran bila kawasan ini punya udara yang sejuk dan pemandangan alam yang sangat indah.

Perpaduan antara keindahan telaga dengan dataran tinggi dan bukit-bukit yang mengelilinginya memberikan kesejukan tersendiri. Di sekitar danau ini juga menjadi tempat bermukim suku asli Papua, yaitu Suku Mee fam/ marga Dogomo dan Tebai.



Selain berpotensi sebagai lokasi wisata, dahulu warga memanfaatkan lokasi Danau Makamo untuk mencari sumber potensi makanan bergizi. Di sekitar telaga ini terdapat serangga yang menjadi makanan bergizi untuk warga sekitar. Dalam bahasa Suku Mee disebut dengan tanu, yukuga, ikan, dan berudu,Udii dan Tege, Kupiyai.


Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, binatang-binatang kecil ini menjadi sumber protein untuk anak kecil ataupun orang dewasa. Menurut mitos yang berkembang di warga setempat, air telaga ini terkadang dipergunakan untuk pengobatan luka, sakit malaria, dan jenis penyakit lainnya dengan cara diminum atau digunakan untuk mandi.


Bila kita memandang telaga ini dari posisi timur, bentuknya menyerupai burung kasuari atau Pulau Papua. Kurang lebih 3,4 km dari pusat Kabupaten Dogiyai, wistawan bisa menemukan danau indah ini. Telaga ini juga diapit oleh Bukit Odeedimi dan Dadiyai di Distrik Kamu Utara.   

Kalau saja mau dimanfaatkan sebagai sumber wisata atau meningkatkan kapasitas ekosistem yang ada, pastinya telaga ini akan semakin indah. Ironisnya, akibat maraknya pengembangan dan minimnya perhatian pemerintah dan masyarakat setempat, telaga ini terancam rusak dan tak terawat. Di sekitar lokasi Telaga Mekamo masih terdapat banyak rumput-rumput tinggi. Bahkan lokasinya berawa dan rumput hijaunya semakin menebal hingga menutupi telaga. Sebenarnya lokasi telaga ini bisa dimanfaatkan sebagai areal wisata atau pemanfaatan pendapatan daerah oleh pemerintah setempat.


telaga yang terindah diatas senandung awan, gunung semenjang Odedimi yang selalu menjadi tempat hiburan bagi orang dewasa maupun anak-anak sekolah sebagai tempat rekreasi yang paling menyenangkan.


telaga Makamo inipun memiliki kadar air yang sangat bagus untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit bila di minum, langsung dari sumber airnya (di puduu tetaida).


Danau Makamo ini dahulu kala sangat luas dan besar, namun setelah dibuat got, parit sehingga sekarang semakin mengecil dan sedang dan akan tertutupi oleh rumput (titi duba). Air danau maka keluar mengalir dari kepala air kepoyokaibo ya kotu mengalir menuju abaimaida melewati beberapa desa yakni: Bukapa, Putapa dan Muniyopa bermuara ke Sungai Mauw